Sabtu, 17 Januari 2015

PANDUAN MENULIS CERPEN “TERNYATA DI KAMPUNGKU…”




Kali ini aku akan memberitahu cara menulis cerpen tentang kampung mu

First(pertama)

-Berceritalah tentang kampungmu. Imajinasikan dirimu sepertidetektif. Amati sekitarmu. Bertanyalah kepada orang tua/kakek untuk menambahin formasi dalam cerita-


A. Bagian Perkenalan
1.     Ceritakan tentang dirimu (nama, usia, sekolah, hobi)
2.     Sebutkan di manakamu tinggal (namakampung/desa, kecamatan, kabupaten)
3.     Gambarkan seperti apa lingkungan tempat kamu tinggal (Misalnya; tumbuhan/tanaman apa saja yang tumbuh, hewan/binatang, kondisi alam, bentuk rumah/jalan dll)

B. Bagian Pengantar Cerita
Ceritakan 1 haldari no.3 diatas yang menarik dari kampungmu. Jelaskan mengapa hal itu menarik buatmu. (Misalnya: Rumah-rumah di kampungku bentuknya unik. Bentuknya mirip seperti kepala kerbau dan semua rumah punya tangga. Aku tidak pernah bertanya mengapa bentuknya seperti itu)

C. Bagian Inti Cerita
(Bertanyalah kepada orang dewasa atau carita dari buku/internet) Ceritakan hasilnya disini.


D. Bagian Penutup
Ekspresikan pendapat dan perasaanmu tentang hasil investigasimu.


CONTOH CERITA:
Namaku Ima. Usiaku 12 tahun. Aku masih kelas 1 di SMP Budi Pekerti. Aku senang sekali membaca terutama buku-buku tentang pengetahuan alam. Aku dan keluarga kutinggal di desa Pondok, Manukan, Condong Catur, Sleman di Kota Jogja. Rumah kami terletak di pinggirsungai, namanya sungai Kuning. Lucuya, padahal airnya tidak berwarna kuning. Suasana kampongku asri dan sejuk serta masih banyak ditumbuhi pepohonan.Warga di kampungku bekerja sebagai petani dan pedagang.
Sungai Kuning di kampungku banyak digunakan untuk beraktifitas. Salah satu aktifitas yang sedang marak adalah penambangan pasir. Aku sering menonton mereka beraktifitas. Mereka sering dating pagi-pagi sekali dan pergi di sore hari. Jika pergi, truk-truk itu penuh dengan pasir. Sepertinya pasir di sungai Kuning tak pernah habis.
Suatu sore ketika bermain di depan rumah, aku bertanya kepada Ibu tentang pasir-pasir di sungai Kuning yang tidak kunjung habis. Ternyata, pasir-pasir itu berasal dari gunung Merapi. Ketika gunung itu meletus, pasir-pasir yang keluar terbawa air hujan dan mengalir di sungai. Wah, panjang juga perjalanan pasir-pasir itu. Jarak rumahku dan gunung padahal lebih dari 40km lho!
Aku tidak pernah menyangka bahwa sungai Kuning di belakang rumahku menyimpan pasir dari gunung yang berguna untuk membangun rumah, jalan dan bangunan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar